, ,

Drama Di Atas Rel Pemuda Depresi Berhasil Diselamatkan Dari Jalur Maut

oleh -60 Dilihat

Kisah Penyelamatan di Atas Rel: Perjuangan Menjaga Nyawa Seorang Pemuda di Tengah Bayang-Bayang Depresi

Madiun- Sebuah aksi penyelamatan drama terjadi di atas rel kereta api Kota Madiun, Senin lalu, ketika seorang pemuda berinisial RM (22) berjalan sendirian di jalur berbahaya. Pemuda yang diduga mengalami gangguan depresi ini berhasil diamankan setelah upaya pengejaran dan negosiasi yang menegangkan oleh petugas Pos Koramil 0803/01 Manguharjo bersama warga setempat.

Drama Di Atas Rel Pemuda Depresi Berhasil Diselamatkan Dari Jalur Maut
Drama Di Atas Rel Pemuda Depresi Berhasil Diselamatkan Dari Jalur Maut

Baca Juga : Awan Gelap Kritik, Klopp Dan Nagelsmann Berdiri Membela Wirtz

Insiden yang membawa ketegangan ini berawal ketika RM terlihat berjalan di rel kereta api di kawasan pertigaan Jalan Minak Koncar dan Jalan Jenggolo. Dengan langkah tak menentu, ia bergerak dari arah barat menuju timur, mengarah ke Jembatan Beteng dan Stasiun Kota Madiun – sebuah rute yang sering dilalui kereta api.

Bukan Sekedar Isu Bunuh Diri

Peltu Karmidi, Bintara Urusan Dinas Dalam Pos Koramil 0803/01 Manguharjo yang memimpin pengamanan, memberikan penjelasan mendetail tentang kondisi sebenarnya. “Berdasarkan laporan orang tua dan pengamatan kami, ini bukan murni keinginan bunuh diri. RM sedang mengalami episode depresi yang menyebabkan perilaku agresif dan tidak terkontrol,” ujar Karmidi.

Menurut keterangan keluarga, RM yang merupakan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini menunjukkan gejala gangguan mental sebelum kejadian. “Dia sering marah-marah tidak jelas dan menghancurkan barang-barang di rumah. Keluarganya sudah cukup kewalahan menghadapi situasi ini,” tambah Karmidi.

Rencana yang Berubah

Ironisnya, hari Senin tersebut seharusnya menjadi hari baik bagi RM. Keluarganya berencana mengantarnya ke Surabaya untuk melanjutkan kuliah. Namun, kondisi mentalnya yang tidak stabil membuat orang tua memutuskan untuk membatalkan kepergiannya. “Melihat keadaan RM yang seperti ini, orang tuanya tidak tega mengantarnya ke kampus,” jelas Karmidi.

Drama Keluarga kemudian berencana membawa RM ke shelter Dinas Sosial Kota Madiun untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Sayangnya, sebelum petugas Puskesmas dan Satpol PP tiba, RM berhasil keluar rumah sambil membawa kucing peliharaannya dan langsung menuju rel kereta api yang hanya berjarak beberapa meter dari rumahnya.

Pengejaran Penuh Dramatis

Dengan sigap, orang tua RM segera meminta bantuan ke Pos Koramil terdekat. “Kebetulan rumahnya tidak jauh dari sini. Orang tuanya datang dengan panik meminta pertolongan, dan kami langsung bergerak,” kenang Karmidi.

Drama Pengejaran pun dimulai. RM sudah berjalan sekitar 300 meter di atas rel ketika tim penyelamat tiba. Karmidi menggambarkan kondisi RM saat itu: “Dia sudah berpakaian rapi, tapi terus bicara sendiri dengan kata-kata yang tidak jelas. Situasinya sangat mengkhawatirkan mengingat jadwal kereta api yang bisa lewat kapan saja.”

Tim penyelamat yang terdiri dari personel Koramil dan warga kemudian membentuk strategi. Mereka membagi tugas untuk menyergap dari dua arah. “Saya mengambil posisi di depan untuk mengajak ngobrol, sementara rekan saya mendekat dari belakang. Kebetulan saya mengenal RM, jadi saya coba pendekatan personal,” cerita Karmidi.

Perlawanan dan Akhir Penyelamatan

Proses pengamanan tidak berjalan mulus. RM yang berpostur tubuh besar memberikan perlawanan sengit. “Saya sampai terkena pukulan, tapi tidak apa-apa yang penting dia bisa diselamatkan. Tenaganya sangat kuat, butuh beberapa orang untuk bisa menahannya,” ujar Karmidi dengan nada lega.

Proses negosiasi dan pengamanan memakan waktu sekitar 15 menit – momen-momen yang menegangkan bagi semua pihak yang terlibat. Setelah berhasil diamankan, tim medis dari Puskesmas yang telah tiba di lokasi kemudian memberikan obat penenang untuk memudahkan evakuasi.

Karmidi menegaskan bahwa tindakan tegas ini mutlak diperlukan. “Kami sangat khawatir dia tertabrak kereta atau bahkan melompat dari Jembatan Beteng. Tindakan pencegahan adalah yang terpenting dalam situasi seperti ini.”

Saksi Mata Mengungkapkan Kekhawatiran

Harnowo (71), warga setempat yang menyaksikan langsung proses penyelamatan, mengungkapkan kekhawatirannya. “Kalau tidak segera diamankan saat ada kereta lewat, sudah pasti terjadi hal yang tidak kita inginkan. Syukur petugas dan warga bergerak cepat,” ujarnya.

Lansia yang telah puluhan tahun tinggal di kawasan tersebut ini menambahkan bahwa evakuasi berjalan relatif cepat berkat kerjasama yang solid antara petugas dan masyarakat.

Kejadian ini menyisakan pelajaran berharga tentang pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental dan kewaspadaan kolektif masyarakat.

Dior

No More Posts Available.

No more pages to load.